Menjadi Ahlul Qur'an

 

Ilustrasi (Pinterest)

Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang merupakan kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril. Al-Qur’an adalah sumber hukum, petunjuk, rahmat, dan cahaya bagi orang-orang yang beriman. Al-Qur’an juga merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW yang menantang seluruh manusia dan jin untuk membuat yang semisalnya.

Dalam hubungannya dengan al-Qur’an, umat Islam memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk mempelajari, memahami, mengamalkan, dan menyebarkan isi dan ajarannya. Umat Islam juga harus menghormati dan mengagungkan al-Qur’an sebagai firman Allah SWT yang mulia dan suci. Oleh karena itu, umat Islam harus memiliki adab-adab tertentu ketika berinteraksi dengan al-Qur’an.

Salah satu istilah yang sering digunakan untuk menyebut orang-orang yang memiliki hubungan khusus dengan al-Qur’an adalah Ahlul Qur’an. Ahlul Qur’an adalah sebutan bagi orang-orang yang menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup, baik dalam hal akidah, ibadah, akhlak, maupun muamalah. Ahlul Qur’an tidak hanya menghafal al-Qur’an, tetapi juga memahami maknanya, mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, dan menyampaikannya kepada orang lain.

Ahlul Qur’an memiliki keutamaan dan kedudukan yang tinggi di sisi Allah SWT dan Rasul-Nya. Hal ini didasarkan pada beberapa dalil dari al-Qur’an dan hadits, di antaranya:

  • Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan (demikian pula) orang-orang yang beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan apa yang diturunkan sebelummu, dan mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Baqarah: 218-219)
  • Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia.” Kemudian para sahabat bertanya: “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Para Ahli Qur’an, merekalah keluarga Allah dan hamba pilihan-Nya.” (HR. Ahmad)
  • Rasulullah SAW bersabda: “Para penghafal al-Qur’an akan datang pada hari kiamat, kemudian al-Qur’an akan berkata: ‘Wahai Tuhanku, bebaskan dia.’ Kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah (kehormatan), al-Qur’an kembali meminta: ‘Wahai Tuhanku, tambahkanlah.’ Maka orang itu dipakaikan jubah karomah. Al-Qur’an memohon lagi: ‘Wahai Tuhanku, ridhailah dia’, maka Allah akan meridhoinya.” (HR. At-Tirmidzi dan An-Nasai)
  • Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang membaca al-Qur’an dan mengamalkannya, maka orang tuanya akan dipakaikan mahkota pada hari kiamat, cahayanya lebih baik dari cahaya matahari di rumah-rumah dunia. Maka bagaimana dengan orang yang membaca dan mengamalkannya?” (HR. Abu Daud)

Dari dalil-dalil di atas, kita dapat mengetahui bahwa Ahlul Qur’an adalah orang-orang yang beriman kepada al-Qur’an, menghafalnya, memahaminya, mengamalkannya, dan menyebarkannya. Mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk, rahmat, ampunan, karamah, ridha, dan keberuntungan dari Allah SWT. Mereka juga adalah orang-orang yang membawa kebaikan dan keberkahan bagi diri mereka sendiri, keluarga mereka, dan masyarakat mereka.

Untuk menjadi Ahlul Qur’an, kita harus memiliki adab-adab tertentu ketika berinteraksi dengan al-Qur’an. Adab-adab ini mencakup hal-hal berikut:

  • Mengikhlaskan niat karena Allah SWT dan tidak ada tujuan dunia ketika membaca, menghafal, atau mengajarkan al-Qur’an. Niat yang ikhlas akan menjadikan amalan kita diterima dan berpahala di sisi Allah SWT.
  • Membaca al-Qur’an dalam keadaan suci, baik badan, tempat, maupun pakaian. Keadaan suci ini mencerminkan penghormatan dan pengagungan kita terhadap al-Qur’an sebagai firman Allah SWT yang suci dan mulia.
  • Menghadap ke kiblat ketika akan membaca al-Qur’an. Menghadap ke kiblat ini menunjukkan ketaatan dan kesungguhan kita dalam menghadapkan diri kepada Allah SWT, yang merupakan arah shalat dan ibadah kita.
  • Membacanya dengan pelan (tartil) dan tidak cepat, agar dapat menghayati ayat yang dibaca. Membaca al-Qur’an dengan tartil ini sesuai dengan perintah Allah SWT yang berfirman: “Dan bacalah al-Qur’an itu dengan tartil.” (QS. Al-Muzzammil: 4)
  • Membaca al-Qur’an dengan khusyu’, dengan menangis, karena sentuhan pengaruh ayat yang dibaca bisa menyentuh jiwa dan perasaan. Membaca al-Qur’an dengan khusyu’ ini menunjukkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT, yang merupakan tujuan utama dari turunnya al-Qur’an.
  • Membaca al-Qur’an dengan tajwid yang benar, sesuai dengan hukum-hukum tilawah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para ulama. Membaca al-Qur’an dengan tajwid yang benar ini menunjukkan keindahan dan kesempurnaan bacaan kita, serta menghindari kesalahan dan penyimpangan makna.
  • Membaca al-Qur’an dengan memperhatikan konteks, sebab turun, dan tafsir ayat yang dibaca. Membaca al-Qur’an dengan memperhatikan hal-hal ini akan membantu kita untuk memahami maksud dan hikmah ayat yang dibaca, serta menghubungkannya dengan kehidupan kita.
  • Membaca al-Qur’an dengan mengamalkan apa yang dibacanya, baik dalam hal perintah, larangan, atau kisah. Membaca al-Qur’an dengan mengamalkannya ini akan menjadikan kita sebagai orang-orang yang istiqamah, yaitu orang-orang yang konsisten antara ucapan dan perbuatan.

Demikianlah artikel yang saya buat tentang menjadi Ahlul Qur’an. Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan kita tentang al-Qur’an. Aamiin.