Tafsir Jalalain: Karya Dua Ulama Besar yang Terpisah oleh Waktu
![]() |
| Tafsir Jalalain (Pinterest) |
Namun, yang menarik dari kitab ini adalah bahwa kedua pengarangnya tidak mengerjakannya secara bersamaan, melainkan secara terpisah oleh waktu. Al-Mahalli menulis bagian pertama dari kitab ini, yaitu dari surat al-Fatihah hingga surat al-Isra, sedangkan as-Suyuthi menulis bagian kedua dari kitab ini, yaitu dari surat al-Kahfi hingga surat an-Nas. Bagaimana kisah di balik pembuatan kitab ini? Mari kita simak ulasan berikut.
Jalaluddin al-Mahalli adalah seorang ulama, cendekiawan, dan mufassir yang lahir pada tahun 791 H atau 1389 M. Ia berasal dari keluarga yang terpandang dan berilmu. Ia belajar dari banyak guru dan menguasai berbagai ilmu, seperti tafsir, hadits, fiqih, ushul, bahasa, sastra, logika, dan lain-lain. Ia juga mengajar di beberapa madrasah dan masjid di Kairo, dan menjadi rujukan bagi banyak ulama dan penuntut ilmu.
Al-Mahalli mulai menulis tafsir al-Qur’an pada tahun 853 H atau 1449 M, ketika ia berusia 62 tahun. Ia menulis tafsir ini dengan gaya yang ringkas, jelas, dan mudah dipahami. Ia mengutip ayat-ayat al-Qur’an, hadits-hadits Nabi, perkataan para sahabat, tabiin, dan ulama terdahulu, serta pendapat-pendapat mazhab. Ia juga memberikan penjelasan tentang asbabun nuzul, gharibul lughah, i’rab, balaghah, dan lain-lain.
Al-Mahalli menulis tafsir ini dengan niat yang ikhlas dan harapan yang mulia. Ia berkata, “Aku menulis tafsir ini dengan maksud untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan untuk memberikan manfaat kepada umat Islam, khususnya para pelajar dan pengajar. Aku berharap agar Allah menerima amal ini dari diriku, dan menjadikannya sebagai sebab untuk mengampuni dosa-dosaku, dan mengangkat derajatku di sisi-Nya.”
Al-Mahalli menulis tafsir ini hingga surat al-Isra ayat 82, kemudian ia meninggal dunia pada tahun 864 H atau 1459 M, dalam usia 73 tahun. Ia dimakamkan di kuburan Imam Syafi’i, dan mendapatkan pujian dan penghormatan dari banyak orang. Salah seorang yang mengagumi al-Mahalli adalah muridnya, yaitu Jalaluddin as-Suyuthi.
Jalaluddin as-Suyuthi adalah seorang ulama, cendekiawan, dan mufassir yang lahir pada tahun 849 H atau 1445 M. Ia juga berasal dari keluarga yang terpandang dan berilmu. Ia belajar dari banyak guru, termasuk al-Mahalli, dan menguasai berbagai ilmu, seperti tafsir, hadits, fiqih, ushul, bahasa, sastra, sejarah, kedokteran, dan lain-lain. Ia juga menulis banyak karya, yang mencapai lebih dari 500 buku, di berbagai bidang ilmu.
As-Suyuthi melanjutkan menulis tafsir al-Qur’an yang ditinggalkan oleh gurunya, al-Mahalli, pada tahun 905 H atau 1499 M, ketika ia berusia 56 tahun. Ia menulis tafsir ini dengan gaya yang sama dengan gurunya, yaitu ringkas, jelas, dan mudah dipahami. Ia juga mengikuti sumber-sumber yang sama dengan gurunya, yaitu ayat-ayat al-Qur’an, hadits-hadits Nabi, perkataan para sahabat, tabiin, dan ulama terdahulu, serta pendapat-pendapat mazhab. Ia juga memberikan penjelasan tentang asbabun nuzul, gharibul lughah, i’rab, balaghah, dan lain-lain.
As-Suyuthi menulis tafsir ini dengan niat yang ikhlas dan harapan yang mulia. Ia berkata, “Aku menulis tafsir ini dengan maksud untuk melengkapi karya guruku, al-Mahalli, yang belum sempurna, dan untuk memberikan manfaat kepada umat Islam, khususnya para pelajar dan pengajar. Aku berharap agar Allah menerima amal ini dari diriku, dan menjadikannya sebagai sebab untuk mengampuni dosa-dosaku, dan mengangkat derajatku di sisi-Nya.”
As-Suyuthi menulis tafsir ini hingga surat an-Nas, kemudian ia meninggal dunia pada tahun 911 H atau 1505 M, dalam usia 62 tahun. Ia dimakamkan di kuburan Imam Syafi’i, dan mendapatkan pujian dan penghormatan dari banyak orang. Salah seorang yang mengagumi as-Suyuthi adalah muridnya, yaitu Muhammad bin Abdurrahman as-Sakhawi.
Itulah kisah yang membuat tafsir jalalain, karya dua ulama besar yang terpisah oleh waktu. Kitab ini menjadi salah satu kitab tafsir yang paling banyak dibaca dan dipelajari oleh umat Islam, karena kejelasan, kepadatan, dan keindahannya. Semoga dengan ini kita semakin mengenal dan menghargai karya-karya ulama Islam, khususnya dalam bidang tafsir al-Qur’an.
