KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

 

Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara

Materi Pembelajaran Interaktif Mengenai Sejarah Islam di Indonesia

Kerajaan Islam di Sumatera

1. Kerajaan Samudera Pasai

Sebagai salah satu kerajaan Islam pertama di Nusantara, Samudera Pasai diperkirakan berdiri sekitar abad ke-13 M di pesisir timur laut Aceh. Pendirinya, Merah Silu, memeluk Islam atas dakwah Syekh Ismail dari Mekah dan kemudian bergelar Sultan Malik as-Shalih. Kerajaan ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasional dan studi Islam yang ramai. Kemajuannya tercatat dalam laporan penjelajah terkenal Ibnu Batutah yang mengagumi kemakmuran dan ketaatan rajanya pada syariat Islam. Masa keemasan Samudera Pasai akhirnya berakhir setelah ditaklukkan oleh bangsa Portugis pada tahun 1521.

2. Kerajaan Aceh Darussalam

Setelah jatuhnya Samudera Pasai, Kerajaan Aceh Darussalam bangkit menjadi kekuatan baru di ujung utara Sumatera. Didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah, kerajaan ini mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1608-1637 M). Di bawah kepemimpinannya, Aceh berhasil menguasai jalur perdagangan penting di pesisir barat Sumatera hingga Semenanjung Melayu. Aceh dikenal sebagai kerajaan maritim yang kuat, memiliki armada laut yang tangguh, dan menjadi benteng perlawanan yang gigih terhadap imperialisme Portugis di Malaka.

Kerajaan Islam di Kalimantan

Kerajaan Banjar

Proses Islamisasi di Kalimantan Selatan dimulai pada awal abad ke-16, saat wilayah itu masih di bawah kekuasaan Kerajaan Daha yang bercorak Hindu. Terjadinya konflik internal membuat Pangeran Samudera, pewaris takhta yang sah, meminta bantuan militer kepada Kesultanan Demak di Jawa. Bantuan diberikan dengan syarat Pangeran Samudera dan rakyatnya bersedia memeluk Islam. Setelah meraih kemenangan, berdirilah Kerajaan Banjar dengan Pangeran Samudera sebagai raja pertama yang bergelar Sultan Suriansyah. Dari Banjar, Islam menyebar ke berbagai daerah pedalaman, termasuk Kerajaan Kutai. Kerajaan ini juga melahirkan ulama besar Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, yang pemikiran dan karya-karyanya berpengaruh luas di Asia Tenggara.

Kerajaan Islam di Sulawesi

Kerajaan Gowa-Tallo

Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan mengalami kemajuan pesat setelah rakyat Kerajaan Gowa-Tallo resmi memeluk Islam pada awal abad ke-17. Momen penting ini terjadi berkat dakwah dari tiga ulama asal Minangkabau yang dikenal dengan sebutan Datuk Tellue, yaitu Datuk Ri Bandang, Datuk Patimang, dan Datuk Ri Tiro. Raja Gowa-Tallo, Sultan Alauddin, menjadi penguasa pertama yang memeluk Islam dan menjadikannya sebagai agama resmi kerajaan. Ada sebuah perjanjian unik yang dibuat oleh Sultan Alauddin dengan kerajaan-kerajaan taklukannya, yaitu jika salah satu dari mereka menemukan jalan kebaikan (Islam), maka ia wajib menyampaikannya kepada yang lain. Hal ini membuat Gowa-Tallo menjadi pusat syiar Islam yang kuat hingga dijuluki "Serambi Madinah".

Kerajaan Islam di Maluku & Nusa Tenggara

1. Kerajaan Ternate

Ternate merupakan salah satu dari empat kerajaan Islam besar di Kepulauan Maluku yang disebut "Moloku Kie Raha" (Empat Gunung Maluku), bersama Tidore, Jailolo, dan Bacan. Sistem pemerintahannya pada awalnya dipimpin oleh para Momole (kepala marga). Perubahan besar terjadi pada masa pemerintahan Sultan Zainal Abidin yang telah memperdalam ajaran Islam di Giri (Jawa Timur) dan mengubah bentuk kerajaan menjadi kesultanan. Sebagai pusat penghasil rempah-rempah dunia, Ternate menjadi magnet bagi para pedagang, termasuk bangsa Eropa seperti Portugis yang datang untuk memonopoli perdagangan.

2. Kerajaan Islam di Nusa Tenggara

Syiar Islam mulai mewarnai Nusa Tenggara sekitar abad ke-16. Perkembangan Islam berawal dari Pulau Lombok dan kemudian menyebar ke wilayah Sumbawa. Salah satu tokoh kunci dalam penyebaran Islam di wilayah ini adalah Sunan Prapen, putra Sunan Giri dari Jawa Timur, yang secara aktif menyampaikan dakwah hingga ke Bima. Di Bima, kerajaan Islam berdiri pada masa pemerintahan Sultan Abdul Khair (1611-1640). Pengaruh Islam juga terlihat dalam karya sastra lokal, seperti Syair Kerajaan Bima yang ditulis menggunakan aksara Arab-Melayu, menunjukkan perpaduan antara budaya lokal dengan nilai-nilai Islam.

Uji Pemahaman Anda!

Petunjuk

Lengkapi pernyataan di bawah ini dengan memilih jawaban yang paling tepat. Setelah selesai, klik tombol "Cek Jawaban" untuk melihat skor Anda.